Kenapa Aku Harus Terus Berjuang Sementara Perubahan Tak Kunjung Datang
![]() |
kata inspirasi tentang perjuangan |
Terkadang aku berpikir kenapa aku harus terus berjuang
Di saat para aparat korupsi semakin meajalela dan menjadi jadi,
para mavia melakukan penyimpangan peraturan penuh konspirasi, para pemuda
pasrah menatap masa depan penuh frustasi, para awak media mempelintir keadaan,
para mahasiswa lupa diri, menghabiskan bangku sekolah dengan kesilapan penuh
kenyamanan yang sesaat kemudian berubah menjadi tragedi pada jeruji pekerjaan
dengan modal selembar ijazah tanpa kualitas yang jelas.
Bersama kawan kawan aku berteriak, perpekik panas dan kadang
menguras waktu dan tenaga, masuk ke lorong-lorong jalanan, menyaksikan pedihnya
anak funk dan tukang asongan, para pedagang kaki lima yang saban hari saban
berdesak mencari penghidupan, tukang becak, tuna wisma, para pengemis
bertaburan.
Sesekali masuk merangsek ring ring kawat berduri, sesekali
berkumpul bersama para intel, para birokrat, merangsek tulisan di surat kabar
dan koran memengaruhi kebijakan, bersama-sama mendampingi sawah tergusur
bersama bendungan, bersama iringan pasukan yang saban hari saban berganti,
bergerus tenaga dengan materi hingga modal tersisa tinggal keberanian, nyawa,
dan inspiasi.
Sementara tunas baru tumbuh, orang lama malah layu hilang
berganti. Rezim beganti-ganti. Tapi perubahan tetap itu itu juga, berada pada
lingkaran sistem akrobat yang sama. Para pedagang dan kaum miskin kota tetap
saja bergeliat menghabiskan sisa umurnya dengan tawakal dan kerja seadanya.
Para buruh pabrik saling sikut bekerja mengejar promosi, buruh negara bekerja
melakukan program dalam rangka menghabiskan uang negara, saling hujat
kadang menjilat mengejar kursi istana.
Sementara para pengkhotbah, para aktivis, para pegiat hukum dan
keailan dilanda dilema antara keyakinan menyuarakan keadilan, berhadapan dengan
kenyataan lupa bahwa perut telah lama tak diisi selain rokok dan secangkir
kopi. Menyuarakan keadilan kepada sesama, penghidupan sendiri tak terlaksana.
Sebagian konsisten meskipun diasingkan atau hidup pas-pasan.
Sebagian main mata dengan para pembuat kebijakan. Sebagian bersuara lantang,
sebagian lagi diam mencari aman, sebagian lagi malah melacur untuk sekedar
mengisi sesuai nasi hari ini dan sebongkah kekecewaan atas petentangan dasar
manusia yang tak terhindarkan sebagai sabab musabab masalah yang ada, semenjak
perebutan sumber ekonomi, perebutan relasi politik, perebutan nilai-nilai
pembenaran atas berbagai kepentingan.
Mungkin. Mungkin itulah kegelisahan yang layak diutarakan saat
perubahan tak kunjung terang. Bahkan hingga satu titik ekstrim berkata, untuk
apa terus dalam barisan saat semua kebutuhan tercukupi, untuk apa memekikkan
nilai kemanusiaan yang kini berada dalam museum kata-kata usang, untuk apa
terus melawan penindasan sementara yang lain mengunting dalam lipatan untuk
memupuk kekayaan.
Tapi pertanyaan itu pula akan sebanding dengan kenyataan kenapa
aku dilahirkan? Kenapa aku diberikan kesadaran? Dan kenapa aku diberikan bola
mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan anggota badan untuk melakukan
gerakan, dan nurani untuk merasakan bahwa itu semua adalah titipan, sekaligus
penebus atas nikmat kenapa aku diberikan kebahagiaan melihat dunia penuh
kemerdekaan. Saat terlahir dengan senyuman, mungkin saat itulah perjuangan atas
hak-hak terrampas, kedilan tergilas, kemanusiaan yang kandas, menjadi penebus
kenapa aku harus mati dengan senyuman sebagai martir yang dikirimkan
Tuhan.
Kenapa Aku Harus Terus Berjuang Sementara Perubahan Tak Kunjung Datang, Inspirasi Inspirasi Ini Kutulis Karena Kegelisahan
puisi ini aku tulis setahun lalu, tepatnya 11 Mei 2014. Pertanyaan yang seolah menggugat apa yang terus aku lakukan beserta kawan kawan perjuangan, tapi akhirnya aku menguatkan tekad, bahwa perjuangan adalah panggilan, tak peduli apakah perjuangan itu akan kita akan mendapatkan keuntungan atau tidak, ditinggalkan atau bersama sama, memiliki kekuasaan atau didepak dari lingkaran kekuasaan. Perjuangan adalah panggilan hidup. Kata itu terus saja menginspirasiku.
0 komentar:
Posting Komentar